Kamis, 22 April 2010

ORANG YANG MENERIMA FIRMAN TUHAN APA ADANYA (24/04/2010)

| |

NUH (IBRANI 11:7)

A. LATAR BELAKANG
Bumi berada dalam keadaan rusak, mengerikan dan penuh kekerasan lebih kurang 1600 tahun setelah penciptaan (Kejadian 6:5). Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi (Kejadian 6:11-12). Dengan latar belakang keadaan seperti ini, Allah berniat menjatuhkan hukuman berupa bencana global terhadap dunia dalam bentuk air bah yang akan melenyapkan semua makhluk hidup yang ada didalamnya. Namun Kejadian 6:8 mencatat sebuah berita yang melegakan “Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan”. Hal itu berarti, Nuh berjalan melawan arus. Sementara dunia bertambah bejat. Nuh dan keluarganya tetap menjaga hati mereka untuk tetap melekat kepada Allah sehingga mereka mendapat kasih karunia dari Tuhan (Kejadian 6:9). Dari kisah Nuh, kita mendapatkan 4 pelajaran tentang iman.

B. NUH MEMPUNYAI IMAN YANG MENERIMA FIRMAN TUHAN APA ADANYA
(Kejadian 6:13-17)
Ketika Allah memberitahu Nuh bahwa bumi akan dibinasakan dengan air bah ada 3 hal yang dapat Nuh perbuat:
1. Nuh tidak percaya Firman Tuhan
2. Nuh berdalih-dalih dengan Allah
3. Nuh mempercayai Firman Tuhan apa adanya
Nuh ternyata mengambil pilihan yang ke-3 yaitu: mempercayai Firman Tuhan apa adanya, tanpa mencoba untuk adu argumentasi dengan Allah. Tentu saja mempercayai hal tersebut bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Coba saja bayangkan ketika Firman itu datang, kondisi bumi dalam keadaan terang benderang, tidak pernah hujan bahkan gerimispun tidak. Kecuali, jika pada waktu Firman datang, sedang terjadi hujan lebat dan ada banjir kecil dimana-mana. Tentu saja secara akal manusia sulit untuk mempercayai datangnya air bah yang akan merendam seluruh permukaan bumi. Lalu bagaimana Nuh bisa mempercayai Firman yang sepertinya tidak masuk akal itu??? Coba tebak!!! Jawabannya: Untuk bisa menerima Firman Tuhan apa adanya, dibutuhkan dasar iman yang kuat. (Ibrani 11:7). Meskipun tidak ada tanda-tanda datangnya air bah, bahkan tidak ada tanda-tanda akan turun hujan, namun Nuh dengan “mata” imannya sudah melihat air bah itu. Ketahuilah, air bah itu datangnya setelah Nuh menunggu selama 120 tahun. Iman Nuh ini adalah iman yang penuh penyerahan kepada Tuhan. Karena berserah itulah, ia dapat mempercayai Firman Tuhan apa adanya, tanpa banyak komentar. Bisakah kita menerima Firman Tuhan apa adanya??? (Ibrani 11:3) Kita lebih hobby memilih-milih Firman Tuhan. Firman yang menurut kita bagus, diterima dengan sukacita. HALELUYA!!! Sedangkan Firman Tuhan yang tidak enak dibaca, menurut kita kurang bagus karena menyangkut hal yang menurut kita enak tetapi itu dosa ditolak mentah-mentah. Betul, betul, betul!!! Baca: Amsal 3:9-13, Matius 5:39. Seringkali Firman yang kita dengar tidak kita terima apa adanya. Kita lebih suka mencampuradukan Firman Tuhan dengan pengetahuan kita, dengan pandangan manusia, dengan pendapat umum, dengan budaya sekeliling kita, dsb. Sehingga Firman itu menjadi tidak murni lagi.
Firman Tuhan berkata:
1. Berbahagialah mereka yang percaya walaupun tidak melihat – Ok!!! Terima apa adanya!!!
2. Orang yang percaya beroleh hidup kekal –Ok!!! Terima apa adanya!!!
3. Darah Yesus menyucikan dosa - Ok!!! Terima apa adanya!!!
4. Yesua pergi menyediakan tempat tinggal buat kita yaitu disurga – Ok!!! Terima apa adanya!!!
Dengan iman seperti seorang anak kecil, kita menerima Firman Tuhan apa adanya tanpa berdalih.

C. NUH MEMPUNYAI IMAN YANG DISERTAI KETAATAN
Bisa saja Nuh percaya tetapi hanya percaya dalam hati saja dan ia tidak bertindak membuat bahtera seperti yang diperintahkan Allah. Tetapi Nuh tidak seperti itu (Kejadian 6:22). Sebenarnya bisa saja Nuh berdalih:
1. Aku sudah tua untuk tugas ini.
2. Aku ini kan petani, mana bisa membuat bahtera???
3. Aku tidak punya keahlian untuk membuat sesuatu yang ukurannya begitu besar.
Alkitab menyatakan Nuh sama sekali tidak berdalih. Ia mempercayai Firman Tuhan apa adanya. Kemudian, ia bertindak mentaati Firman itu. Hal ini amat sesuai dengan pengajaran Yakobus 2:14-26 yang intinya ialah iman yang sehat haruslah disertai dengan perbuatan/ketaatan yang nyata. Banyak orang Kristen merasa begitu bangga karena imannya yang “dahsyat”. Namun ketika sampai pada perbuatan yang nyata, ternyata nol besar. Bukan demikian yang Tuhan kehendaki. Keselamatan menurut Tuhan mempunyai 2 aspek:
1. Posisi – ini terjadi ketika kita bertobat dari jalan kita yang salah dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat kita secara pribadi. Posisi kita saat itu adalah menjadi anak-anak Allah. Ini adalah segi yang pertama.
2. Praktek – setelah posisi sebagai anak Allah kita miliki, kita harus bertindak di dalam iman. Ini adalah segi kedua dari keselamatan.
Keduanya harus kita miliki sepenuhnya. Kita tidak bisa mengandalkan satu segi, entah posisi/praktek saja.

ILUSTRASI:
Suatu hari di sebuah kota, diadakan KKR. Hasil KKR tersebut begitu menggembirakan karena ada banyak jiwa dimenangkan bagi Kristus. Mereka memberi diri mereka kepada Tuhan dan didoakan oleh hamba Tuhan yang melayani saat itu. Salah satu jiwa yang diselamatkan saat itu adalah seorang pencopet. Ia menangis dihadapan Tuhan dengan hati yang hancur. Hal itu menarik perhatian hamba Tuhan untuk mendoakannya secara khusus. Selang 1 tahun kemudian, hamba Tuhan tersebut datang lagi ke kota itu dan kembali mengadakan pelayanan KKR. Pada saat itu, ia bertemu dengan pencopet yang menarik perhatiannya setahun silam. Bertanyalah hamba Tuhan itu kepada orang tersebut secara pribadi, “Bukankah engkau adalah pencopet yang bertobat setahun lalu?” Laki-laki itu menjawab “Betul, pak.” Mendengar jawaban itu, ada sukacita mengalir dalam hati hamba Tuhan tersebut karena ternyata orang tersebut masih tetap setia kepada Tuhan hingga saat itu. Hamba Tuhan itu kembali bertanya, “Lalu, apakah pekerjaanmu selama setahun ini???” orang tersebut menjelaskan, “Bapak pendeta, jika seorang juru potret kafir, sekarang disebut sebagai juru potret Kristen. Jika juru masak bertobat, ia yang dahulu disebut juru masak kafir, sekarangpun dikatakan juru masak Kristen. Jika seorang wartawan bertobat, ia yang dahulu disebut wartawan kafir, sekarang disebut wartawan Kristen. Demikian pula saya pak, saya dulu seorang pencopet kafir, sekarang saya pencopet Kristen. Berapapun hasil copetan saya, saya akan menyisihkan sepersepuluhnya untuk persembahan, Pak.”

Bolehkah yang demikian itu???” Tentu saja tidak. Iman tanpa perbuatan adalah mati. Iman harus disertai perbuatan yang nyata.

D. PELAJARAN PENTING!!!
1. Nuh memberi teladan yang sangat jelas mengenai eratnya kaitan antara iman dan perbuatam.
2. Kita harus meneladani Nuh untuk tidak memilih-milih Firman Tuhan..

E. NUH MEMPUNYAI IMAN YANG MENGATASI SEGALA CEMOOHAN
Menurut legenda kuno, ketika Nuh membuat bahtera, ia juga membuat sebuah lonceng khusus setinggi 3 meter yang ia bunyikan 3 kali sehari yaitu pada pagi hari, siang hari dan sore hari. Orang-orang mendengar bunyi lonceng tersebut dan bertanya kepada Nuh apa maksud bunyi lonceng itu. Nuh kemudian berkhotbah tentang akan datangnya air bah. Mendengar berita tersebut, tak ada seorangpun percaya. Mereka semua mengolok-olok Nuh. Bahkan kemungkinan besar Nuh menjadi semacam “obyek turis” sehingga orang-orang datang dari berbagai pelosok untuk menonton dan mengolok-olok Nuh yang sedang tekun membuat bahtera. Mereka berkata bahwa Nuh adalah orang goblok, tolol dan dungu yang patut dikasihani. Bahkan tidak mustahil nama Nuh dibuat sebagai lelucon dalam pesta-pesta yang sering mereka adakan (Lukas 17:26-27). Bagaimana sikap Nuh menghadapi olok-olok itu??? Apakah ia kemudian kecil hati dan berhenti membuat bahtera??? Tidak!!! Nuh tetap melanjutkan karya besarnya tersebut walaupun segala macam cercaan dan cemoohan dilontarkan kepadanya. Iman Nuh adalah iman yang mengatasi segala macam cemoohan. Acapkali dalam pengiringan kita kepada Kristus, kita juga menerima berbagai cemoohan seperti Nuh. Bahkan, seringkali cemoohan itu datang dari orang-orang kita seperti keluarga, saudara, teman, pacar, dll. Bahkan tidak mustahil terjadi tindakan kekerasan sebagai kelanjutan cemoohan itu.

F. NUH MEMPUNYAI IMAN YANG DAPAT BERTAHAN DALAM JANGKA WAKTU YANG LAMA (kejadian 8:9)
Nuh berumur 480 tahun saat menerima perintah untuk membuat bahtera. Pembuatan bahtera sampai selesai memakan waktu 120 tahun (Kejadian 6:3; 6:6). Jadi, pada waktu Nuh berusia 600 tahun, barulah air bah itu melanda bumi secara global. Banyak orang ketika harus melewati ujian “waktu” ternyata gugur ditengah jalan. Waktu menguji kita dengan masalah seperti teman hidup, tekanan ekonomi, tekanan dari keluarga, tekanan dari lingkungan, kejenuhan, mengikut Tuhan ingin kembali ke hidup yang lama, ajaran palsu yang menyesatkan, occultisme, perdukunan, dsb. Kita harus waspada dengan ujian-ujian seperti itu. Mula-mula kelihatannya memang baik, seperti tidak ada apa-apa yang salah, tetapi lama kelamaan semua itu akan membuat iman kita gugur ditengah jalan.

G. KESIMPULAN
Nuh mempunyai iman yang dapat bertahan dalam waktu yang panjang, bukan iman yang hanya tahan semusim saja. Kita tahu bahwa ujian dari iman kita ialah waktu. Betul, betul, betul???

H. AYAT EMAS: Matius 24:13
“Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat”

0 komentar:

Ir arriba

Posting Komentar

JADWAL IBADAH

SUNDAY SERVICE
SUNDAY, 09.00 AM-11.00 AM

INTERCESSORY PRAY (DOA SYAFAAT)
MONDAY, 18.30 PM

DISCIPLESHIP (PEMURIDAN)
WEDNESDAY, 18.30 PM

EL-GIBBOR YOUT CAMP
FRIDAY, 18.30 PM-20.00 PM

CP;
DHIKA 087831900070
MARYO 085290379421

Mengenai Saya

Foto saya
JL. BUMIJO 20 B, YOGYAKARTA, Indonesia
AYO!!!GABUNG BERSAMA KAMI DI EL-GIBBOR MINISTRY YOGYAKARTA...... GOD BLESS YOU......

Etiquetas

Day 1 (1)

Blog Archive

Followers

 
 

Diseñado por: Compartidísimo
Con imágenes de: Scrappingmar©

 
Ir Arriba